Dalam Abwabul Faraj
karya Syekh Muhammad bin Alwi Al-Maliki disebutkan bahwa membersihkan
diri bisa menjadi satu metode untuk mengurangi dan mencegah kesusahan dan rasa
letih sehari-hari. Dikutip dari Imam Umar bin Saqqaf As-Saqqaf bahwa hal
yang dapat melapangkan batin, menolak rasa susah, dan juga menyehatkan badan,
adalah memerhatikan kebersihan diri.
Selain itu, dianjurkan pula untuk
menunaikan sunah-sunah Rasul karena itu dapat mencegah keraguan dan rasa waswas
buruk yang bisa jadi berasal dari setan, dan melakukan shalat untuk mencegah
hal-hal yang menyibukkan hati dengan perkara yang tidak perlu.
Dalam sebuah hadits, ketika Nabi
sedang susah, beliau segera berwudhu dan mendirikan shalat. “Aku
beristirahat (dari kesusahan) dengan shalat, wahai Bilal,” terang
Rasulullah dalam salah satu riwayat. Hendaknya saat berwudhu, dihilangkan
segala perasaan ragu dan was-was yang tidak beralasan.
Imam As-Sya’rani menyebutkan bahwa rasa hadirnya hati dalam shalat dan ibadah, itu
juga bisa dilihat bagaimana keadaan hadirnya hati saat melakukan wudhu.
Menurutnya, melanggengkan wudhu bisa menyebabkan lapangnya hati, mudahnya
rezeki, serta menjaga diri dari keburukan yang bisa meresahkan hati. Dalam
keterangan lain, disebutkan pula memperbarui wudhu setelah shalat bisa menjadi
wasilah cerahnya hati.
Dari banyak keterangan di atas,
dapat kita ketahui bahwa badan yang bersih, salah satunya lewat wudhu itu
memiliki keutamaan yang bisa membantu untuk mengurangi beban kesusahan.
Ditambah dengan shalat, banyak keterangan yang menyebutkan bahwa melalui ajaran
agama dan ritual disertai berdoa, bisa menenangkan batin dan menambah
optimisme.
Terlebih badan yang segar dan bersih
seusai wudhu bisa menjadi nilai tambah tersendiri. Semoga kita dijadikan hamba
yang senantiasa menyucikan diri, lahir dan batin, sebagaimana dalam Al-Quran, “Sesungguhnya
Allah mencintai hamba yang senantiasa bertobat dan mencintai pula orang-orang
yang mensucikan diri.”
Diantara keutamaan-keutamaan wudhu’
yang terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah shohihah dari Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam :
·
Mengangkat
derajat di surga dan pancaran cahaya di padang mahsyar
Wudhu adalah amalan ringan, tapi pengaruhnya ajaib dan luar biasa.
Selain menghapuskan dosa kecil, wudhu’ juga mengangkat derajat dan kedudukan
seseorang dalam surga. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-
bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى
مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى
يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ
الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ
فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ
Artinya: “Maukah kalian aku tunjukkan tentang sesuatu (amalan)
yang dengannya Allah menghapuskan dosa-dosa, dan mengangkat derajat-derajat?”
Mereka berkata, “Mau, wahai Rasulullah!!” Beliau bersabda, “(Amalan itu) adalah
menyempurnakan wudhu’ di waktu yang tak menyenangkan, banyaknya langkah menuju
masjid, dan menunggu sholat setelah menunaikan sholat. Itulah pos penjagaan”.
[HR. Muslim (586)]
Nabi SAW telah mengabarkan kepada kita bahwa beliau akan mengenali
ummatnya di Padang Mahsyar dengan adanya cahaya pada anggota tubuh mereka,
karena pengaruh wudhu’ mereka ketika di dunia.
تَبْلُغُ الْحِلْيَةُ مِنْ
الْمُؤْمِنِ حَيْثُ يَبْلُغُ الْوَضُوءُ
Artinya: “Perhiasan (cahaya) seorang mukmin akan mencapai tempat
yang dicapai oleh wudhu’nya”. [Muslim dalam Ath-Thoharoh, bab: Tablugh
Al-Hilyah haits Yablugh Al-Wudhu' (585)]
·
Syarat
Memasuki Sholat
Seorang ketika hendak memasuki sebuah rumah atau gedung, maka ia
akan melewati pintu-pintu yang ada padanya. Pintu ini biasanya tak bisa
dilewati, kecuali seseorang memiliki kunci untuk membuka pintu-pintu itu.
Sebelum seseorang masuk ke dalam rumah tersebut, maka ada syarat yang harus
dipenuhi. Demikianlah perumpamaan wudhu’ bagi sholat; seorang tak mungkin akan
masuk dalam sebuah sholat, kecuali ia memenuhi syarat-syarat sholat, seperti
wudhu’.
Oleh karena itu, Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah
yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
Jadi, jika seseorang hendak sholat, maka syaratnya harus berwudhu’
sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam ayat ini dan diterangkan oleh
Nabi SAW dalam sunnahnya.
Bila seorang yang masuk dalam sholat, tanpa wudhu’, maka sholatnya
tak akan diterima, bahkan tak sah, sebab wudhu’ adalah syarat sahnya wudhu’,
dan tercapainya pahala sholat. Nabi SAW bersabda,
لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ
أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
Artinya: “Tak akan diterima sholatnya orang yang ber-hadats
sampai ia berwudhu’” . [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (135 & 6954),
dan Muslim dalam Shohih-nya (536)]
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy r.a
berkata saat menjelaskan beberapa faedah dari hadits ini, “Hadits ini
dijadikan dalil tentang batalnya sholat disebabkan oleh hadats (seperti,
kentut, buang air, junub dan lainnya), baik hadats itu keluar karena pilihan
(sadar), maupun terpaksa”. [Lihat Fathul Bari Syarh Shohih Al-Bukhoriy
(1/309), tahqiq Ali Asy-Syibl, cet. Darus Salam, 1421 H]
·
Penghapus
Dosa Kecil & Pengangkat Derajat
Wudhu adalah amalan ringan, tapi pengaruhnya ajaib dan luar biasa.
Selain menghapuskan dosa kecil, wudhu’ juga mengangkat derajat dan kedudukan
seseorang dalam surga. Rasulullah SAW bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى
مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى
يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ
الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ
فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ
Artinya: “Maukah kalian aku tunjukkan tentang sesuatu (amalan)
yang dengannya Allah menghapuskan dosa-dosa, dan mengangkat derajat-derajat?”
Mereka berkata, “Mau, wahai Rasulullah!!” Beliau bersabda, “(Amalan itu) adalah
menyempurnakan wudhu’ di waktu yang tak menyenangkan, banyaknya langkah menuju
masjid, dan menunggu sholat setelah menunaikan sholat. Itulah pos penjagaan”.
[HR. Muslim (586)]
Abul Hasan As-Sindiy ra. berkata saat
menjelaskan amalan-amalan yang terdapat dalam hadits ini, “Amalan-amalan ini
akan menutup pintu-pintu setan dari dirinya, menahan jiwanya dari nafsu
syahwatnya, permusuhan jiwa, dan setan sebagaimana hal ini tak lagi samar.
Inilah jihad akbar (besar) yang terdapat pada dirinya. Jadi, setan adalah musuh
yang paling berat baginya”. [Lihat Hasyiyah As-Sindiy ala Sunan An-Nasa’iy
(1/114)]
Jadi, seorang yang melazimi amalan-amalan tersebut dianggap telah
melakukan pertahanan untuk menutup pintu-pintu setan. Barangsiapa yang ingin
dijauhkan dari setan, maka hendaknya ia melazimi wudhu’, menghadiri sholat
jama’ah, dan bersabar menunggu sholat jama’ah lainnya.
·
Tanda
Pengikut Nabi SAW.
Nabi SAW telah mengabarkan kepada kita bahwa beliau akan mengenali
ummatnya di Padang Mahsyar dengan adanya cahaya pada anggota tubuh mereka,
karena pengaruh wudhu’ mereka ketika di dunia.
تَبْلُغُ الْحِلْيَةُ مِنْ
الْمُؤْمِنِ حَيْثُ يَبْلُغُ الْوَضُوءُ
Artinya: “Perhiasan (cahaya) seorang mukmin akan mencapai tempat
yang dicapai oleh wudhu’nya”. [Muslim dalam Ath-Thoharoh, bab: Tablugh
Al-Hilyah haits Yablugh Al-Wudhu’ (585)]
Dari Abu Hurairah r.a berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى الْمَقْبُرَةَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ
دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ وَدِدْتُ
أَنَّا قَدْ رَأَيْنَا إِخْوَانَنَا قَالُوا أَوَلَسْنَا إِخْوَانَكَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ أَنْتُمْ أَصْحَابِي وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ
فَقَالُوا كَيْفَ تَعْرِفُ مَنْ لَمْ يَأْتِ بَعْدُ مِنْ أُمَّتِكَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ فَقَالَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ
بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ قَالُوا بَلَى يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ الْوُضُوءِ
وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي
كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ أُنَادِيهِمْ أَلَا هَلُمَّ فَيُقَالُ
إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا
Artinya: “Rasulullah SAW pernah mendatangi pekuburan seraya
bersabda, “Semoga keselamatan bagi kalian wahai rumah kaum mukminin. Aku sangat
ingin melihat saudara-saudara kami”. Mereka (para sahabat) berkata, “Bukankah
kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Kalian
adalah para sahabatku. Sedang saudara kami adalah orang-orang yang belum datang
berikutnya”. Mereka berkata, “Bagaimana anda mengenal orang-orang yang belum
datang berikutnya dari kalangan umatmu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,
“Bagaimana pandanganmu jika seseorang memiliki seekor kuda yang putih wajah,
dan kakinya diantara kuda yang hitam pekat. Bukankah ia bisa mengenal kudanya”.
Mereka berkata, “Betul, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya
mereka (umat beliau) akan datang dalam keadaan putih wajah dan kakinya karena
wudhu’. Sedang aku akan mendahului mereka menuju telaga. Ingatlah, sungguh akan
terusir beberapa orang dari telagaku sebagaimana onta tersesat terusir. Aku
memanggil mereka, “Ingat, kemarilah!!” Lalu dikatakan (kepadaku), “Sesungguhnya
mereka melakukan perubahan setelahmu”. Lalu aku katakan, “Semoga Allah menjauhkan
mereka”. [HR. Muslim dalam Ath-Thoharoh, bab: Istihbab Itholah Al-Ghurroh
(583)]
Seorang muslim akan dikenali oleh Nabi SAW dengan cahaya pada wajah
dan tangannya. Maka hendaknya setiap orang diantara kita menjaga cahaya ini
dengan menjaga wudhu, dan sholat. Abdur Ra’uf Al-Munawiy r.a berkata, “Barangsiapa
yang lebih banyak sujudnya atau wudhu’nya di dunia, maka wajahnya nanti akan
lebih bercahaya dan lebih berseri dibandingkan selain dirinya. Maka mereka
(kaum mukminin) nanti disana akan bertingkat-tingkat sesuai besarnya cahaya”.
[Lihat Faidhul Qodir (2/232)]
·
Separuh
Iman
Seorang tak akan meraih pahala sholat, selain ia melakukan wudhu’,
lalu mengerjakan sholat. Jadi, wudhu’ ibaratnya separuh dari iman (yakni,
sholat). Ini menunjukkan kepada kita tentang ketinggian nilai dan manzilah
wudhu’ di sisi Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,
الطُّهُورُ شَطْرُ
الْإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ وَسُبْحَانَ اللَّهِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَآَنِ أَوْ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَالصَّلَاةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ
حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَايِعٌ نَفْسَهُ
فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا
Artinya: “Bersuci (wudhu’) adalah separuh iman. Alhamdulillah
akan memenuhi mizan (timbangan). Subhanallah wal hamdulillah akan memenuhi
antara langit dan bumi. Sholat adalah cahaya. Shodaqoh adalah tanda. Kesabaran
adalah sinar. Al-Qur’an adalah hujjah (pembela) bagimu atau hujatan atasmu.
Setiap orang keluar di waktu pagi; maka ada yang menjual dirinya, lalu
membebaskannya atau membinasakannya”. [Muslim dalam Ath-Thoharoh, bab:
Fadhl Ath-Thoharoh (533)]
Al-Hafizh Ibnu Rojab r.a berkata, “Jika
wudhu’ bersama dua kalimat syahadat mengharuskan terbukanya pintu surga, maka
wudhu menjadi separuh iman kepada Allah dan Rasul-Nya menurut tinjauan ini.
Juga wudhu’ termasuk cabang-cabang keimanan yang tersembunyi yang tak akan
dilazimi, kecuali seorang mukmin”. [Lihat Iqozhul Himam (hal. 329)]
·
Jalan
Menuju Surga
Keutamaan orang yang selalu menjaga wudhu disebutkan dalam hadits
berikut tentang Bilal yang disebutkan bahwa suara sandal beliau sudah terdengar
di surga.
Dari Abu Buraidah, Rasulullah SAW di pagi hari memanggil Bilal lalu
berkata,
يَا بِلاَلُ بِمَ سَبَقْتَنِى
إِلَى الْجَنَّةِ مَا دَخَلْتُ الْجَنَّةَ قَطُّ إِلاَّ سَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ
أَمَامِى دَخَلْتُ الْبَارِحَةَ الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِى
Artinya: “Wahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga?
Aku tidaklah masuk surga sama sekali melainkan aku mendengar suara sendalmu di
hadapanku. Aku memasuki surga di malam hari dan aku dengar suara sendalmu di
hadapanku.”
Bilal menjawab,
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا
أَذَّنْتُ قَطُّ إِلاَّ صَلَّيْتُ رَكْعَتَيْنِ وَمَا أَصَابَنِى حَدَثٌ قَطُّ
إِلاَّ تَوَضَّأْتُ عِنْدَهَا وَرَأَيْتُ أَنَّ لِلَّهِ عَلَىَّ رَكْعَتَيْنِ
Artinya: “Wahai Rasulullah, aku biasa tidak meninggalkan shalat
dua raka’at sedikit pun. Setiap kali aku berhadats, aku lantas berwudhu dan aku
membebani diriku dengan shalat dua raka’at setelah itu.” (HR. Tirmidzi no.
3689 dan Ahmad 5: 354. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits
tersebut hasan)
Syaikh Abu Malik dalam Fiqhus
Sunnah lin Nisaa’ (hal. 49) menyatakan bahwa disunnahkan berwudhu setiap
kali wudhu tersebut batal karena adanya hadats.
Imam Nawawi r.a menyatakan, “Disunnahkan menjaga
wudhu atau diri dalam keadaan suci. Termasuk juga kala tidur dalam keadaan
suci.” (Kitab Matan Al Idhoh, hal. 20).
Semoga dimudahkan dalam menjaga wudhu. Hanya Allah yang memberi
taufik.
Jalan-jalan surga telah dimudahkan oleh Allah SWT bagi orang yang
Allah berikan taufiq dan hidayah. Perhatikan Bilal bin Robah r.a, beliau
mendapatkan kabar gembira bahwa ia termasuk penduduk surga, sebab ia telah
berusaha menapaki sebuah jalan diantara jalan-jalan surga. Dengarkan kisahnya
dari Abu Hurairah r.a, ia berkata,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ عِنْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَا بِلَالُ
حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الْإِسْلَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ
نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجَى
عِنْدِي أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُورًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا
صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّيَ
Artinya: “Nabi SAW pernah bersabda kepada Bilal ketika sholat
Fajar, “Wahai Bilal, ceritakan kepadaku tentang amalan yang paling engkau
harapkan yang pernah engkau amalkan dalam Islam, karena sungguh aku telah
mendengarkan detak kedua sandalmu di depanku dalam surga”. Bila berkata, “Aku
tidaklah mengamalkan amalan yang paling aku harapkan di sisiku. Cuma saya
tidaklah bersuci di waktu malam atau siang, kecuali aku sholat bersama wudhu’
itu sebagaimana yang telah ditetapkan bagiku”. [HR. Al-Bukhoriy dalam
Al-Jum’ah, Bab: Fadhl Ath-Thoharoh fil Lail wan Nahar (1149), dan Muslim
(6274)]
Hadits ini menunjukkan kepada kita bahwa berwudhu’ lalu sholat
sunnah setelahnya merupakan amalan yang berpahala besar. Ibnul Jauziy ra.
berkata, “Di dalam hadits ini terdapat anjuran untuk melakukan sholat usai
berwudhu’ agar wudhu tidak kosong (terlepas) dari maksudnya”. [Lihat Fathul
Bari (4/45)]
·
Pelepas
Ikatan Setan
Setan senantiasa mengintai dan mengawasi kita. Bahkan ia selalu
mencari jalan untuk menjauhkan kita dari kebaikan yang telah digariskan oleh
Allah dan rasul-Nya. Diantara makar setan, ia membuat buhul pada seorang
diantara kita saat kita tidur agar kita berat bangun beribadah. Rasulullah SAW
bersabda,
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى
قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ
عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ
انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى
انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ
خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ
Artinya: “Setan membuat tiga ikatan pada tengkuk seorang
diantara kalian jika ia tidur. Setan akan memukul setiap ikatan itu (seraya
membisikkan), “Bagimu malam yang panjang, maka tidurlah”. Jika ia bangun seraya
menyebut Allah (berdzikir), maka terlepaslah sebuah ikatan. Jika ia berwudhu’,
maka sebuah ikatan yang lain terlepas. Jika ia sholat, maka sebuah ikatan akan
terlepas lagi. Lantaran itu, ia akan menjadi bersemangat lagi baik jiwanya.
Jika tidak demikian, maka ia akan jelek jiwanya lagi malas”. [HR.
Al-Bukhoriy (1142 & 3269) dan Muslim (1816)]
Al-Qodhi Abul Walid Sulaiman bin Kholaf Al-Bajiy r.a berkata, “Nabi SAW memaksudkan dengan hadits ini bahwa dengan
dzikrullah, wudhu’, dan sholat, maka semua ikatan (buhul) setan akan terlepas,
dan seorang muslim akan selamat dari makar setan, dan keburukan buhul-buhulnya.
Lantaran itu, ia akan bersemangat di waktu pagi, (sedang ia telah terlepas
darinya buhul-buhul yang telah membuat dirinya malas), dan jiwanya menjadi baik
dengan sebab amalan kebajikan yang ia lakukan semalam”. [Lihat Al-Muntaqo
(1/434) karya Al-Bajiy]
0 Response to "Pembahasan Tentang Fadilah/Keutamaan Wudhu"
Posting Komentar